SALATIGA |JejakKASUS - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah memberikan respons serius terhadap kasus perundungan yang terjadi di SMA Negeri 2 Salatiga.
Kadisdikbud Jateng, Dr. Uswatun Hasanah, S.Pd, M.Pd., menyampaikan bahwa pihaknya sedang melakukan penelusuran melalui cabang dinas untuk menanggapi laporan tersebut.
"Sedang kami telusuri lewat cabdin," ujar Uswatun saat dihubungi melalui pesan WhatsApp pada Jumat (5/1/2024).
Uswatun menyampaikan bahwa Dinas Pendidikan terus melakukan sosialisasi dan pembinaan melalui program AYO RUKUN (aksi gotong royong berantas kekerasan dan perundungan di sekolah) dengan harapan agar kasus bullying dapat dicegah.
"Kami sudah melakukan pembinaan melalui AYO RUKUN, kami berharap TPPK juga segera bergerak melakukan tindakan pencegahan kekerasan di sekolah," jelas Uswatun.
Ia menyerukan kepada para guru dan pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, bebas dari kekerasan dan perundungan, sebagai upaya mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Diberitakan sebelumnya, kejadian perundungan kembali mengguncang lingkungan sekolah di Salatiga. Seorang siswi SMA Negeri 2 kelas 10 diduga menjadi korban bullying berulang kali oleh sejumlah teman sekolahnya.
Orang tua korban, Guntur Sri Hartono, mengungkapkan kekecewaannya dan kekhawatiran akan dampak psikologis yang dialami anaknya.
Guntur Sri Hartono, ketika ditemui, Kamis (4/1/2024) mengungkapkan kekagetannya saat mendengar keluhan anaknya yang kini menolak masuk sekolah. Anaknya yang menjadi korban bullying mengalami depresi, bahkan telah absen selama satu hari dan terlihat murung di kamar.
"Peristiwa bullying tersebut sudah beberapa kali terjadi, mencakup tindakan merusak sepeda motor dan pemaksaan membuka hijab serta dipalak,"kata Guntur saat ditemui dirumahnya, Perum Argotunggal, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.
Guntur merasa prihatin karena anaknya mengalami depresi setelah insiden tersebut. Bahkan, ia (Siswa korban bullyng) telah mengirim pesan WhatsApp kepada istri (ibu korban) akan bunuh diri jika tidak dipindah sekolah.
Anak pertama Guntur juga pernah menjadi korban bullying di SMA Negeri 2 Salatiga, namun dengan ketahanan mental yang kuat, anak tersebut berhasil melaluinya dan kini telah lulus.
Guntur berencana memindahkan anaknya ke sekolah lain, merasa bahwa lingkungan di SMA Negeri 2 dapat memperburuk kondisi mental anaknya.
"Saya berharap agar pihak sekolah mengambil tindakan tegas dan meningkatkan pengawasan agar kejadian serupa tidak terulang,"harap Guntur.
Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Salatiga, Tentrem Lestari, saat dikonfirmasi harian7.com melalui pesan whatsaApp belum memberikan tanggapan terkait insiden bullying yang menimpa siswinya.
Sebagai respons, pihak SMA Negeri 2, diwakili oleh guru wali kelas, telah mengunjungi rumah siswa korban bullying untuk melakukan musyawarah.
Sementara itu, usai melakukan kunjungan kerumah siswi diduga korban bullyng, pihak sekolah enggan memberikan keterangan dengan alasan masih melakukan investigasi.(Yanto)